Setiap orang tua pastinya sangat mendambakan anak yang baik, sehingga bisa menjadi harapan untuk kemaslahan dunia dan akhirat.
Faktanya tidak semua orang tua bisa merealisasikan harapannya tersebut. Tak sedikit anak yang berani melawan orang tuanya, bahkan banyak orang tua yang sedih di masa tuanya. Bukan karena tak bisa membiayai pendidikan anak-anaknya hingga jenjang tertinggi, namun mereka merasa sangat kesepian bahkan tak dipedulikan sama sekali oleh anak-anaknya.
Kemudian, mayoritas orang menyalahkan sang anak begitu saja, tanpa mau berenung mengoreksi sejarah anak di masa kecilnya dahulu.
Bisa saja, karakter anak yang demikian itu dikarenakan salahnya didikan orang tua di masa kecil sang anak. Mungkin orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga tidak memiliki waktu bersama anak.
Orang tua hanya fokus mencari rezeki, dan merasa sudah bertanggung jawab penuh ketika sudah bisa memenuhi semua kebutuhan anak yang bersifat materi. Padahal, anak terdiri dari jasmani dan rohani, dimana semua kebutuhan tersebut harus bisa terpenuhi dengan baik agar kehidupannya seimbang.
Komunikasi yang baik antara anak dan orang tua, haruslah dibangun sedini mungkin. Bagaimana orang tua senantiasa menanyakan aktivitas yang dilakukan anak setelah bermain, sekolah dan lainnya. Selain dapat melatih kemampuan berkomunikasi, hal itu juga penting untuk membina hubungan baik, hubungan batin dan emosional anak dan orang tuanya, sehingga terbangun keharmonisan hingga dewasanya kelak.
Keluarga Bagian dari Tripusat Pendidikan
Dalam ajaran Islam sering kita dengar bahwa ibu adalah madrasah pertama anak, dimana artinya ibu adalah guru pertama anak. Hal ini juga sesuai dengan ajaran yang disampaikan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara bahwa ada tiga pusat Pendidikan utama yaitu di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Jika dalam lingkungan sekolah, senantiasa ada kepala sekolah yang bertanggung jawab untuk menjamin proses Pendidikan berjalan dengan baik. Maka dalam lingkungan keluarga peran seorang ayah adalah sebagai kepala sekolahnya, dimana tugasnya bukan hanya mencari nafkah namun hal yang tak kalah penting adalah menjamin proses Pendidikan di lingkungan keluarganya berjalan dengan optimal.
Sebagai seorang kepala, maka pemberian contoh dan tauladan sangatlah harus diperhatikan sehingga akan senantiasa menjadi inspirasi untuk anak-anak dan istrinya.
Ayah dan ibu saling bekerja sama, memberikan proses Pendidikan untuk buah hati tercinta, mulai dari keteladanan, bimbingan dan arahan, hingga pembiasaan hal-hal positif pada anak yang juga dilakukan oleh orang tuanya.
Dengan bekal tersebut, maka anak akan memiliki karakter yang akan sangat menunjang proses tumbuh kembangnya selama di sekolah maupun masyarakat.
Guru Rekan Kerja Orang Tua
Dalam dunia pendidikan sejatinya guru adalah patner bagi orang tua, dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Maka dalam proses pendidikan kesuksesan pencapainnya sangat dibutuhkan dukungan dari orang tua.
Guru dan orang tua, harus bisa berkomunikasi dengan baik untuk menunjang tumbuh kembang anak. Saling berbagi informasi agar bisa menggali minat bakat serta potensi anak yang sudah dibawanya sejak lahir.
Namun demikian, sebagai tenaga profesional bukan berarti guru harus bergantung kepada orang tua. Apalagi, tidak semua orang tua memiliki pengalaman dan tingkat Pendidikan yang memadai sebagai bekal utama untuk memberikan pendidikan pada anak.
Atas dasar itu, ketika seorang anak berada di lingkungan sekolah, rasa memiliki siswa sebagai anak sendiri adalah suatu hal yang harus dimiliki setiap pendidik.
Dengan perasaan ini, maka seorang guru akan berusaha dengan maksimal menjadi pengganti orang tua anak yang baik selama di sekolah, apa pun profesi dan latar belakang anak. Guru akan berusaha maksimal, agar sang anak bisa mengoptimalkan semua bakat yang dibawanya sejak ia lahir.
Guru harus bisa membiasakan berbagai budaya positif pada anak lahir batinnya, sehingga apa pun latar belakang pendidikan dari orang tuanya anak tetap bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Jika dunia pendidikan senantiasa membiasakan berbagai karakter dan perbuatan baik selama di lingkungan sekolah, maka sudah tentu kebiasaan tersebut akan menjadi karakter yang bisa dibawa anak hingga dewasanya.